Wellcome to My Blog ^^

Kamis, 22 Desember 2011

Cerpen >>"Ketika detik tak lagi izinkanku menyentuhmu..."







“Kak Argaaaaa!!!” Rora  dengan wajah pucat  dan keringat yang becucur deras di wajahnya bangun dari tidurnya sambil meneriakkan nama Arga hingga kak Sisy yang lagi menyisir rambut terkejut dan langsung menghampiri Rora.

“Rora, kenapa? Mimpi buruk lagi?” cemas kak Sisy sambil menyapu keringat Rora dengan tisu.

”Kak Arga, kak Arga kak, dia, dia kecelakaan dan dan....hiks hiks” terlihat Rora syock mengingat mimpinya tadi.

”Tenang sayang itu cuma mimpi buruk kok, Argakan sekarang masih di Paris dan hari ini Arga janji  ke jakartakan?”.

”Iya tapi ini udah yang ke dua kali mimpi itu datang kak...Rora takut kalau....”.




”Udah sayang itu cuma mimpi aja, mungkin itu cuma kebawa perasaan kamu yang ingin sekali ketemu sama Arga, udah jangan dipikirin lagi, ntar Arga sedih lho kedatangannya di sambut dengan wajah khawatir kamu ini, berdoa aja gak terjadi sesuatu pada Arga dalam perjalanannya kemari, udah gih sana mandi ntar telat lho ke kampusnya, Rora hari ini kuliah pagikan?” ujar kak Sisy tersenyum menenangkan Rora, Rorapun mengangguk terlihat sudah sedikit tenang dan melangkah gontai ke kamar mandi.


***

            Kak Arga adalah pacar Rora, walau long distance, namun hubungan mereka masih langgeng hingga kini mencapai hampir tahun kelima mereka jadian. Kak Arga pernah berjanji setelah menyandang sarjana kedokteran di Paris, kak Arga akan menemui Rora. Dan setelah empat tahun hanya berhubungan lewat udara, akhirnya hari ini tepat hari jadi mereka yang kelima tahun kak Arga akan menemui Rora di jakarta. Rora sangat menantikan kehadiran kak Arga sejak empat tahun tidak bertemu karena Kak Arga harus ke Paris melanjutkan kuliah dengan beasiswa yang Ia terima, sedangkan Rora yang kala itu masih sekolah kelas dua, harus rela melepas kepergian kak Arga yang telah satu tahun jadian.

”Heeeiiiii ngelamun terus, awas kesambet lhoooo”, Amira teman baik Rora dari kecil yang baru datang, usil mengejutkan Rora yang melamun di mejanya.

”Ah Amira kaget nih..” Rora cemberut.

”Eh Hari ini bukanya Kak Arga sang pujaan hati akan menemui sang putri Aurora khairani di jakartakan? Aduh gak sabar ngelihat tampang kak Arga sekarang pasti dia tambah ganteng ya kan putri...” goda Amira sembari duduk di bangkunya yang tepat di depan Rora.

”Iya sih dayang-dayang, tapi perasaan aku gak enak nih ra’, mimpi buruk itu datang lagi”.

”Ahh itukan cuma mimpi kali’, yang jelas kamu senangkan bakal ketemu kak Arga”
”Iya sih tapi Ra, perasaan aku benar-benar gak enak, apalagi kak Arga belakangan ini agak lain, seperti yang kamu taukan kak Arga itu bukan tipe yang romantis tapi entah kenapa akhir-akhir ini dia jadi sering bolak-balik bilang dia sayang banget sama aku, terus kalau sehabis nelfon kak Arga gak lupa bilang ”tunggu kakak ya di jakarta, kakak pasti datang nemuin Rora” gitu, padahalkan gak usah di bilang gitu aku juga percaya karena kak Arga gak pernah ngebatalin janji”.

”Ya Rora, itu mah berarti kak Arga gak sabaran pengen ketemu kamu, udahan ah mikir yang macem-macem, itu Cuma karena kebawa perasaan kamu aja yang pengen banget ketemu”.

”Kata-kata kamu sama dengan yang di bilang kak Sisy”.

”Itu mah kebetulan, udah jangan di pikirin lagi ntar jadi gak konsen lagi ujian hari ini, oh ya ntar pulang kuliah temenin aku keperpus ya, hari ini aku mau pinjem banyak buku” ujar Amira.

”Yaa tapi temenin aku jemput kak arga ya sore ini”.

”Yup!”.

            Seperti kata kak Sisy dan Amira, Rora mencoba tidak terlalu memikirkan hal-hal yang mengganggu pikirannya, dan dia mencoba untuk harus tenang sampai nanti bertemu dengan kak Arga, rasanya kerinduan Rora sudah memuncak tinggi menunggu sore tiba.

Di  perpustakan kampus.

”Yang ini, terus ini, yang ini juga...eh ini juga gak boleh lupa emmm terus....” Amira sibuk memilih buku di perpus.

”Aduh ra’, banyak banget nich, gak udah kebanyakan? Berat nih....” ujar Rora yang keberatan karena tumpukan buku di tangannya sudah menggunung tapi masih juga di tambah Amira.

”Aduh gak ikhlas banget sih nolong temen, iya bentar lagi kalau di tangan aku dan di tangan kamu dah penuh habis semuanya penting nih” Amira tetap aja memilih-milih buku.

”Ini mah udah bukan penuh lagi, tapi udah lewat penuh”  Rora susah payah menahan keseimbangan buku agar tidak jatuh.

”Iya bentar lagi, cerewet deh, tuhkan jadi lupa buku apa lagi yang belum di cari, Aduh apa ya....Rora sihh” saat sibuk berpikir tiba-tiba Rora menjatuhkan semua buku dan pergi gitu saja.

”Lho Rora, mau kemana? Aduh Rora kalau gak mau bantu bilang napa sih...” gerutu Amira karena tidak di gubris Rora yang berlari ke luar perpus.

            Sesaat kemudian Rora muncul dengan langkah lemas dan kelelahan ke arah Amira yang telah selesai meminjam buku-buku yang ia ingin pinjam. Namun di wajah Rora terlihat memendam kekecewaan.

”Kamu kemana aja sih Rora, pergi gak bilang-bilang, aku kirain gak balik lagi berat nih bantuin donk....”.
”Kak Arga...”  ujar Rora melongo seperti orang bego.

”Hah mana?” Amira celingak-celinguk mencari ke sekeliling perpus.

”Tadi, tapi udah gak ada”, Amira menatap Rora dengan mengerutkan dahi.

”Helllow Ra’ kamu kenapa kayak orang bego, gitu datang dari luar, kesambet yaaa?” Amira mengayunkan tangannya di depan wajah Rora, Rora seperti orang yang lagi tidak sadar, dan setelah sadar Rora langsung  melihat ke arah Amira dan memegang pundak Amira kuat-kuat.

”Aku sadar kok, beneran aku tadi ngelihat kak Arga dari jendela, kak Arga senyum ke aku dari luar perpus Amira, sumpah tadi bener-bener kak Arga, tapi setelah aku cari-cari keliling perpus gak ada, tapi aku yakin kok!” Rora dengan serius mencoba meyakinkan Amira yang malah gantian bengong.

”Kamu gak salah Ra, ini masih jam berapa? Mana mungkin kak Arga cepet banget nyampe, lagian kalau udah nyampe kak Arga bakal telfon kamukan terus kak Argakan gak tau kalau kita sekarang lagi di perpus ”.
”Iya sih, handphonenya juga belum aktif setelah  kak Arga bilang mau berangkat dari Paris” Rora sudah terlihat tenang dan melepaskan genggamanya dari pundak Amira.

”Nah itu tandanya kak Arga masih di pesawat, udah itu paling cuma halusinasi kamu, dibilangi jangan dipikirin lagi, tuhkan jadi berhalusinasi” ujar Rora mengambil sebagian buku yang ada di meja.

”Tapi aku yakin kok”.

”Udah ni tolong bawain bukunya sebagian, kita pulang terus kebandara, sepertinya teman aku satu ini udah gak sabaran lagi pengen ketemu kekasihnya”. Rorapun mengambil buku-buku itu walau masih terlihat kekecewaan di wajahnya karena Amira tidak percaya akan cerita Rora.


***

”Aduh Amira cepetan donk, ntar kak Arga nungguin di bandara, katanya setelah pulang langsung kebandara, eh ini malah ngajak ke mall, dah gitu lama banget lagi dasar Amira kalau di suruh milih-milih paling lama!” Gerutu Rora yang tidak sabaran ngelihat Amira sahabatnya yang lagi milih-milih jam di mall.

”Yah ini emergency Ra’, karena sibuk mikirin ujian aku lupa besok ultahnya Doni, jadi aku harus beli sekarang semasih ada kamu, kalau kak Arga datang pasti ntar malam kamu gak bisa nemenin aku, selain kamu, gak ada yang bisa, kamu taukan aku anak tunggal” ujar Amira masih bingung memilih.

”Iya ya udah cepetan di pilih gih”.

            Setelah siap membeli hadiah buat pacar Amira, mereka langsung naik ke taxi berangkat ke bandara. Dalam perjalanan Rora terlihat tidak tenang rasa gembira, senang, dan tidak sabar ingin cepat bertemu  bercampur menjadi satu. Namun dalam hati Rora masih gelisah akan perasaan yang tidak enak di hati Rora, Rora berharap tidak terjadi sesutu pada orang yang paling dia sayangi dan yang telah di nanti-nanti kedatangannya selama empat tahun ini.

”Terima kasih ya pak” ujar Amira setelah membayar ongkos pada supir taxi yang mereka tumpangi. Mereka telah sampai di depan bandara, setelah taxi itu pergi merekapun hendak menyeberang jalan menuju bandara yang terletak di seberang jalan dari tempat mereka berdiri.

”Eh Rora, bukannya itu kak Arga?” ujar Amira menunjuk ke depan bandara, dan benar Rora melihat kak Arga dari kejauhan.

Walau dari kejauhan Rora masih tanda dengan sosok tinggi, putih dan masih berambut cepak, dia berdiri dengan bersender pada sebuah dinding memakai kemeja putih dan di tangan kanannya dia menggenggam bunga, dia menunggu lama sepertinya. Setelah menyadari keberadaan Rora kak Arga melambaikan tangan sambil  menenteng tas yang ia letakkan di lantai tepat disampingnya tadi disertai senyuman manis khas kak Arga ke arah Rora, Terlihat kak Arga menunjuk ke dada kak Arga dan menunjuk ke arah Rora dengan maksud memberi pertanda akan menyeberang jalan dua arah itu terlebih dahulu, Rora melambaikan tangan tanda menolak, namun kak Arga tidak melihat dan bersiap-siap menyeberang.

Setelah sampai di seberangan kedua, kak Arga sudah terlihat jelas wajahnya, dia lebih tampan dari yang dahulu dengan lesum pipit di pipi kanannya. Rora menggenggam erat kedua tangan di depan dadanya. Dia ingin sekali memeluk tubuh kekasih yang amat sangat dirindukannya.

Namun tanpa diduga saat hendak menyebrang jalan kembali tiba-tiba terlihat mobil sedan meluncur cepat dari arah kiri jalan dan....

”BUUUKKK....!!!!!” terdengar benturan keras yang membuat semua orang terkejut hingga melihat kesumber suara yang berasal dari mobil yang menabrak tubuh seseorang. Kejadian itu begitu cepat namun membuat beberapa orang termasuk Amira menjerit kencang melihat kejadian yang sangat mengejutkan itu, seketika jalan itu menjadi ramai.
 
Namun Rora hanya terdiam di tempat, tidak tau harus apa, tubuhnya seperti membeku  tak bisa bergerak, namun air mata mengalir bebas di matanya. Dengan matanya, dia melihat dengan nyata di hari jadi hubungannya yang genap ke lima tahun, tubuh orang yang sangat dia sayangi, ditabrak oleh mobil sedan dan terpental sekitar beberapa meter dengan darah yang bercecer di sepanjang jalan. Orang yang ditunggu-tunggu kedatangannya dan sudah di depan mata, namun belum sempat di sentuh dengan kedua tangan yang begitu di rindukan, harus pergi dengan cara yang tragis tepat di hadapan Rora, dan ini bukan mimpi seperti tadi pagi. Dia seperti melihat film action yang berjalan begitu saja. Ingin rasanya ia menyetop kejadian tadi dengan remote, namun... tidak ada remote untuk kejadian nyata ini. Kini bukan hanya raga, jiwa kak Argapunpun tak akan bisa tersentuh lagi, untuk selamanya....  ”Brukkk!” di tengah hiruk pikuk dan suara sirine ambulan tubuh Rora ambruk.


THE END


Notes:

Sad Ending...
TT


Tkx yak dah baca ^^



0 komentar:

Posting Komentar